Aksi Kekerasan Mahasiswa Makassar Tertinggi di Indonesia
Makassar (ANTARA) - Pakar komunikasi politik Prof Dr Tjipta Lesmana, mengatakan, aksi unjuk rasa yang berujung kekerasan oleh mahasiswwa di Makassar merupakan yang tertinggi di Indonesia, kemudian disusul Medan dan Jakarta.
"Begitu seringnya aksi-aksi kekerasan di Kota Makassar, sehingga membuat kota ini memiliki catatan tersendiri jika berbicara mengenai aksi unjuk rasa di Indonesia," tuturnya pada pelantikan pengurus PWI Cabang Sulsel di Makassar, Rabu.
Bahkan, kata dia, hal yang sangat disayangkan adalah timbulnya aksi-aksi kekerasan yang hanya dipicu oleh permasalahan kecil.
Ia mengaku, perhatian jutaan masyarakat Indonesia tertuju saat media massa menayangkan aksi unjuk rasa yang berujung pada aksi kekerasan yang terjadi begitu sering dan sangat keras.
"Saya sangat prihatin ketika ada sebuah tayangan di televisi yang memperlihatkan perkelahian layaknya perang saudara yang terjadi di salah satu perguruan tinggi, dan bahkan hingga menggunakan senjata tajam," ungkapnya.
Ia memaparkan pengakuan salah seorang mantan Kapolda Sulsel yang menuturkan bahwa pengamanan di Makassar menjadi medan yang sangat keras, khususnya saat menghadapi aksi kekerasan mahasiswa.
Menurut dia, terjadi sindrom lupa yang sangat akut dari mahasiswa bahwa aksi kekerasan yang mereka lakukan dilihat oleh jutaan pasang mata masyarakat Indonesia.
"Bagaimana nasib negara ini ke depan jika calon-calon pemimpinnya berperilaku layaknya masyarakat primitif dan begitu memalukan," ujarnya.
Hal ini, kata dia, merupakan salah satu dampak negatif yang ditimbulkan dari demokrasi liar yang sering diagung-agungkan oleh sejumlah elemen masyarakat Indonesia.
Selain itu, aksi kekerasan ini juga tentunya karena kurang tegasnya pihak kampus memberikan sanksi kepada mahasiswa yang melakukan tindakan-tindakan brutal.
"Jelas hal ini sangat disayangkan, mengingat pada dasarnya masyarakat Makassar memiliki perilaku baik, gentleman, suka menolong, dan memiliki rasa solidaritas yang tinggi," katanya.
Oleh karena itu, menjadi tugas masyarakat Makassar dan seluruh pihak, khususnya komunitas pers untuk perlahan-lahan mengembalikan citra yang sangat menyesatkan tersebut, ujarnya di depan pengurus PWI Sulsel dan sejumlah wartawan setempat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar