Jumat, 01 Oktober 2010

Pembalakan Liar Masih Ancam Papua

Kompas - Sabtu, 2 Oktober

  • Ki Pembalakan Liar Masih Ancam Papua

JAYAPURA, KOMPAS.com - Kawasan hutan Papua dan Papua Barat yang masih lestari dan berisi kayu merbau bernilai tinggi di pasar internasional masih tetap menarik perhatian mafia pembalakan liar. Kementerian Kehutanan akan menempatkan patroli udara untuk membantu pemerintah daerah mengawasi hutan dan mencegah pembalakan liar.

Demikian disampaikan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan Darori saat bertemu Sekretaris Daerah Provinsi Papua Constant Karma di Jayapura, Jumat (1/10). Turut hadir Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan R Iman Santoso, Direktur Jenderal Planologi Bambang Soepijanto, Direktur Konservasi Kawasan Sonny Partono, Kepala Pusat Informasi Kehutanan Masyhud, dan Kepala Dinas Kehutanan Papua Marthen Kayoi.

“Kami baru kembali dari China, kayu merbau yang merupakan khas Papua masih diperdagangkan di sana. Menteri Kehutanan sudah membuat kesepakatan dengan Pemerintah China untuk bersama-sama menghentikan perdagangan merbau ilegal dan kita akan memperkuat pengawasan di sini,” ujar Darori.

Kementerian Kehutanan menyewa helikopter sebanyak 1.000 jam untuk berpatroli di kawasan hutan di seluruh Indonesia. Papua akan mendapatkan prioritas karena tercatat sebagai salah satu pulau dengan kawasan hutan primer dalam kondisi baik, 24 juta hektar di antaranya masih berhutan dan 6,8 juta hektar tidak berhutan.

Dalam penerbangan dari Jayapura ke Timika, kami menyaksikan kelestarian hutan Bumi Cendrawasih dengan vegetasi yang masih rapat. Kayu merbau merupakan tanaman endemik pulau tersebut dan bernilai tinggi karena terkenal awet.

Harga kayu merbau domestik saat ini berkisar Rp 6,5 juta-Rp 7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ShoutMix :


ShoutMix chat widget
 Bidakara Bagus

Arsip Blog

Highlight