Minggu, 5 Desember 2010
Pembocoran Rahasia Tak Bisa Dihentikan
LONDON, KOMPAS.com - Pendiri Wikileaks, Julian Assange, menjadi orang paling dicari oleh para penegak hukum di belahan dunia Barat pekan ini setelah ia merilis 250.000 kawat diplomatik rahasia dari Kedutaan Besar Amerika Serikat di sejumlah negara. Meski demikian, Assange optimistis, apa yang telah ia mulai tak akan bisa dihentikan.
”Sejarah akan menang,” ujar Assange (39) dalam wawancara dari lokasi yang tak diketahui dengan harian The Guardian di Inggris, Jumat (3/12/2010). ”Dunia akan terangkat ke tempat yang lebih baik. Akankah kita selamat? Itu tergantung Anda,” ujar warga Australia yang lama tinggal di Swedia dan kini diduga bersembunyi di suatu tempat di Inggris selatan ini.
Sejak situs www.wikileaks.org merilis ratusan ribu dokumen komunikasi rahasia Pemerintah AS dengan kedubesnya di seluruh dunia pekan lalu, Assange dan Wikileaks menjadi sasaran serangan peretas di dunia maya, ancaman tuntutan hukum, bahkan ancaman pembunuhan. Situs www.wikileaks.org sudah ditutup oleh perusahaan provider di AS sejak Kamis dini hari, dan sejak Jumat telah pindah ke Swiss di bawah nama www.wikileaks.ch.
Perusahaan layanan transaksi keuangan di internet, PayPal, yang berbasis di AS, menyatakan akan menutup saluran donasi secara online kepada Wikileaks dengan menyalahi kebijakan lembaga layanan pembayaran online itu. Situs Amazon.com juga menendang Wikileaks atas tekanan Kongres AS.
Pihak penuntut umum Swedia telah melengkapi surat perintah penahanan Assange seperti yang diminta pihak kepolisian Inggris, Scotland Yard. Assange menjadi buronan aparat Swedia atas tuduhan pemerkosaan dan pelecehan seksual terhadap dua mantan pekerja di Wikileaks.
Surat perintah penangkapan itu berlaku untuk seluruh Eropa. Belakangan, Australia menyatakan akan menangkap Assange atas permintaan Swedia melalui jaringan Interpol. Menteri Industri Perancis Eric Besson mengimbau agar Wikileaks dilarang menggunakan server di Perancis, dengan alasan informasi di situs itu membahayakan.
Para pendukung Assange yakin, sikap negara-negara Barat ini muncul atas desakan AS. Di AS, para politisi marah besar. Senator John Ensign (Republik) dari Nevada mengusulkan amandemen Undang-Undang Spionase AS yang memungkinkan jaksa memiliki keleluasaan untuk menuntut Assange dan organisasinya secara pidana.
Jaksa Agung Eric Holder mengatakan, kebocoran kawat diplomatik ini membahayakan keamanan nasional, usaha diplomatik, dan hubungan AS dengan seluruh dunia.
Menyiapkan ”Cablegate”
Assange dan pendukungnya pun tidak tinggal diam. Beberapa langkah sudah disiapkan para pengacara Assange untuk melindungi pendiri Wikileaks itu dari ancaman pembunuhan dan ekstradisi jika ia ditangkap polisi.
”Ancaman terhadap nyawa kami sudah menjadi hal yang diketahui publik. Kami telah mengambil langkah-langkah pencegahan sejauh yang kami bisa dalam menghadapi sebuah kekuatan adidaya,” tulis Assange dalam obrolan dengan The Guardian.
Salah satu langkah yang menurut Assange telah dilakukan adalah mengirimkan ”Cablegate”, yakni bundel semua dokumen rahasia yang belum dipublikasikan dalam format terenkripsi kepada puluhan ribu orang di seluruh dunia.
Apabila terjadi sesuatu terhadap dia, kata sandi (password) untuk membuka enkripsi dokumen rahasia itu akan otomatis disebar sehingga penerima Cablegate akan bisa membuka bundel dokumen itu dan menyerahkan kepada media massa.
Andaikan situs Wikileaks bisa diblokir, organisasi Wikileaks yang tak terikat negara tertentu ini tetap bisa beroperasi secara langsung dengan membagi-bagikan dokumen-dokumen rahasia ke seluruh dunia.
Para pengamat memprediksi, apa yang sudah dimulai Assange dengan Wikileaks tak mungkin dihentikan lagi. ”Apa pun yang akan terjadi pada nama domain (situs Wikileaks di internet), gagasan yang telah disebar Wikileaks akan terus bertahan,” tutur Joshua Benton dari Nieman Journalism Lab.
Bahkan, beberapa mantan kolega Assange, termasuk mantan juru bicara Wikileaks, Daniel Schmitt dari Jerman, sudah menyatakan akan membuka situs pembocor rahasia lain sebagai tandingan Wikileaks. Langkah Schmitt ini diduga akan segera diikuti banyak pihak lain.
Benton menambahkan, pemerintahan negara-negara yang merasa dirugikan dengan pembocoran rahasia ini harus mencari cara lain untuk menyikapi masalah ini di luar cara-cara tradisional, seperti mengutuk dan mengancam secara hukum para pembocor rahasia itu.
Benton membandingkan fenomena Wikileaks ini dengan fenomena music sharing, yakni pembagian file musik secara gratis melalui internet, yang awalnya ditentang industri musik. Akhirnya, industri musik harus mengalah pada keniscayaan sejarah ini dan harus mencari cara lain untuk mendapatkan uang dari proses pengunduhan file musik.
”Pemerintahan negara-negara tak bisa lagi berpikir, ’Ini musuh yang harus kita kalahkan’. Mereka harus mencari cara lain untuk menghadapi ini,” ungkap Benton. (AP/AFP/Reuters/DHF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar